akhir kebengisan sejarah

akhir kebengisan sejarah

Selasa, 03 Januari 2012

Sarinah (karangan Ir.soekarno)



Buku ini berasal dari "kursus wanita" yang diadakan oleh Soekarno dua pekan sekali di Yogyakarta. Bagi Soekarno, kursus tersebut terbilang penting karena masalah wanita penting buat kemajuan bangsa. "Soal wanita adalah soal masyarakat," begitu katanya. Lebih djauh Soekarno berkata: "Sebab kita tidak dapat menyusun Negara dan tidak dapat menyusun masyarakat, jika (antara lain-lain soal) kita tidak mengerti soal-wanita."
Atas permintaan banyak orang, masalah-masalah yang dikursuskan itu kemudian disusun menjadi buku. Soekarno kemudian memberi nama buku ini dengan nama Sarinah. Sarinah merupakan nama pengasuh Soekarno ketika dirinya masih kanak-kanak. “Ia membantu Ibu saya, dan dari dia saya menerima banjak rasa cinta dan rasa kasih. Dan dari dia saja mendapat banjak peladjaran mentjintai “orang ketjil”. Dia sendiripun “orang ketjil”. Tetapi budinja selalu besar!” demikian tulis Soekarno dalam kata pengantar buku ini(sumber rakyat marhaen )

download 1

download 2

download 3

download 4

download 5

download 6

Hariman dan malari (e book terbitan 2011)





Peristiwa Malari 1974 diperingati dengan orasi demokrasi oleh Hariman Siregar, Sabtu malam (15/1/11).Gerakan mahasiswa untuk menolak strategi pembangunan yang salah, juga menolak dominasi modal asing dan kekuatan asing di Indonesia dimulai dari gerakan Malari 1974. Suara Hariman Siregar sejak mahasiswa adalah suara gerakan kaum muda bagi keadilan sosial, kesejahteran rakyat dan kebenaran, bukan untuk pencitraan dan kebohongan.

Sabtu malam, Tokoh Malari dr Hariman Siregar didampingi istrinya yakni Mbak Nuri, menyemangati gerakan mahasiswa dan gerakan prodemokrasi agar terus mengoreksi dan mengkritik rezim SBY-Boediono yang membawa Indonesia semakin larut dan tergantung pada modal asing dan sistem neoliberalisme yang menyengsarakan rakyat. Kebohongan dan pembohongan publik oleh rezim SBY juga dikecam para aktivis dan intelektual. Bahkan para aktivis dan intelektual memberikan peringatan serius kepada penguasa dan istana.

‘’Kita membutuhkan pemimpin yang berpihak kepada kepentingan rakyat, bukan hanya menikmati kekuasaan. Dewasa ini kita melihat keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat makin merosot meski klaim dari pemerintah semua membaik dan ekonomi tumbuh,’’ kata Hariman dalam pidatonya untuk perayaan HUT Indemo dan peringatan Peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 yang dikenal dengan nama Malari, Sabtu, (15/1/11) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.Hariman Siregar luncurkan buku “Hariman & Malari, Gerombolan Aksi Mahasiswa Menentang Modal Asing” di Taman Ismail Marzuki, Sabtu (15/1).

Dalam peluncuran buku tersebut. Hariman yang dikenal sebagai tokoh Malari, mengingatkan pemerintah SBY untuk tidak melupakan amanat yang diberikan oleh rakyat.

“Kita mau ingatkan lagi kepada pemerintah bahwa ada cita-cita yang mereka ingkari, mandat rakyat itu digunakan untuk perkaya diri,” kata Hariman.

Menurutnya, selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ada hal-hal yang terlupakan dan bahkan ditinggalkan.

dapat didownload di http://www.scribd.com/mobile/documents/47644116/download?commit=Download+Now&secret_password=

Senin, 02 Januari 2012

Download The Year of Living Dangerously : Cinta di Tengah Gejolak Revolusi 1965



Buku Download The Year of Living Dangerously : Cinta di Tengah Gejolak Revolusi 1965 ini dilarang terbit oleh pemerintah/rezim Orde Baru. Namun, buku ini mendapatkan penghargaan The Age Book of the Year Award dan National Book Council Award for Australian Literature. Berikut sinopsis singkatnya.


Tahun 1965, sebuah masa yang dikenal sebagai “Vivere Pericoloso—Hidup Penuh Bahaya”, yang membelokkan arah hidup bangsa Indonesia.. Pemerintahan nasionalistik Sukarno membawa Indonesia ke tengah ketidakpastian. Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang lemah, Presiden menghabiskan uang untuk membangun monumen-monumen megah, sementara menyulut api kebencian terhadap Barat dan mengobarkan semangat konfrontasi dengan Malaysia: Ganyang Malaysia!

Sementara itu, di sebuah sudut Hotel Indonesia bernama Bar Wayang yang sejuk dan nyaman, sekelompok pemburu berita dari negara-negara yang disebut imperialis oleh Sukarno saling bertukar cerita. Mereka juga berbagi pendapat tentang kondisi Indonesia terkini saat itu. Bisa dibilang nasib mereka di Indonesia secara tak langsung berada di tangan Sukarno yang sering mereka gunjingkan di Wayang.

Inilah sebuah drama penuh liku tentang kesetiaan dan pengkhianatan. Selain itu, novel ini membeberkan berbagai peristiwa politik sepanjang tahun penuh pergolakan sampai akhirnya Sukarno digulingkan oleh Suharto setelah Gerakan 30 September PKI.




download

Bung karno Penyambung lidah rakyat indonesia by cindy adam

“Terjemahan karya Cindy Adams mengenai otobiografi Bung Karno ini telah mengalami cetak ulang berkali-kali sejak diterbitkan pertama pada tahun 1966. Tetapi di kemudian hari baru diketahui ternyata terdapat banyak kesalahan-kesalahan dalam terjemahan, bahkan ada juga selipan-selipan isi yang tidak ada pada naskah aslinya. Hal ini sempat menimbulkan kesalahpahaman pada beberapa tokoh nasional kita. Karena itu saya menyambut baik penerbitan edisi revisi ini. Semoga buku ini dapat menghilangkan kesalahpahaman tersebut di atas dan mampu memberi pengertian yang lebih baik mengenai Bung Karno.”

Guntur Sukarno Putra-Ketua Dewan Pendiri Yayasan Bung Karno


download

Kehormatan Bagi Yang Berhak Oleh Manai Sophiaan

”..... Tahun 1966 ini, kata mereka, ha, eindielijk, eindielijk at long last, Presiden Sukarno telah dijambret oleh rakyatnya sendiri; Presiden Sukarno telah dikup; Presiden Sukarno telah dipreteli segala kekuasaannya; Presiden Sukarno telah ditelikung oleh satu ”triumvirat” yang terdiri dari Jenderal Soeharto, Sultan Hamengku Buwono, dan Adam Malik. Dan, ”Perintah 11 Maret” kata mereka, ”Bukanlah itu penyerahan pemerintahan kepada Jenderal Soeharto?” (Bung Karno, 17 Agustus 1966) Buku ini mengungkapkan praktik-praktik ”machiavellisme”, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun kekuasaan. Akibat kemenangan ”machiavellisme” pada berbagai kasus, maka sejarah pun mencatat terjadinya tragedi yang mengguncangkan rasa keadilan (Manai Sophiaan, 1994)
---------------------------

Terbitan pertama sejumlah 3.000 eksemplar habis terjual dalam waktu tidak lebih dari dua bulan. Diselingi adanya telepon dari jajaran penguasa yang meminta agar penulis menghentikan peredaran buku ini, buku ini tetap dijual (tepatnya dengan harga hanya berupa penggantian biaya produksi) secara sembunyi-sembunyi. (Fadjari Iriani Sophiaan, putri Manai Sophiaan)

Jika yang diupayakan secara cerdas oleh Manai Sophiaan dalam bukunya adalah berlakunya keadilan/kebajikan kepada Soekarno, itu lantaran tokoh pendiri bangsa paling terkemuka ini hingga sekarang, dalam perspektif beliau, tidak atau belum ditempatkan secara adil menurut yang patut didapatkannya. (Mochtar Pabottingi, Pengamat Politik)

“Mereka mencoba hendak membunuh
Sukarno, Yani, dan Subandrio. Mereka akan
melakukan serangan terbatas terhadap Indonesia.
Dan mereka mempunyai teman-teman di sini.”
(Bung Karno di depan rapat Panglima TNI-AD
seluruh Indonesia, Senayan, 28 Mei 1965) (sumber pustaka)

download

Tan Malaka- Gerakan Kiri- Dan Revolusi Indonesia- Volume 1 By Harry A. Poeze

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 19 Februari 1896 – meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 16 April 1949 pada umur 53 tahun[1]) adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin sosialis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.

Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan sosialis, ia juga sering terlibat konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan sosialis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.[rujukan?]

Tan Malaka juga seorang pendiri partai Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat.

Tokoh ini diduga kuat sebagai orang di belakang peristiwa penculikan Sutan Sjahrir bulan Juni 1946 oleh "sekelompok orang tak dikenal" di Surakarta sebagai akibat perbedaan pandangan perjuangan dalam menghadapi Belanda.[2]

Riwayat

Saat berumur 16 tahun, 1912, Tan Malaka dikirim ke Belanda.

Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda.

Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik

Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka di undang dalam acara tersebut.

Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang.


Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke Berlin, Moskwa dan Belanda.
Perjuangan


Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.
sumber :pustaka 78



download

Minggu, 01 Januari 2012

DIBAWAH BENDERA REVOLUSI

“Buku “DIBAWAH BENDERA REVOLUSI” ini dipersembahkan kepada rakjat Indonesia dengan maksud djanganlah hendaknja hanja sekedar untuk penghias lemari buku, akan tetapi dengan penuh tjinta dan sadar mempeladjarinja setjara ilmiah betapa pasangsurutnja pergerakan kemerdekaan dizaman pendjadjahan.
Persatuan bangsa,--persatuan antara golongan-golongan Nasional, Agama, dan Marxis, atau lebih terkenal dengan istilah NASAKOM sekarang ini, pada hakekatnja bukan “barang baru” dalam rangka perdjoangan rakjat Indonesia jang dipelopori oleh Bung Karno. Dengan meneliti buku ini setjara ilmiah, akan lebih memperdjelas pengertian bahwa Revolusi Agustus 1945 jang berhasil gemilang itu, bukanlah suatu “maha-kedjadian” jang berdiri sendiri, akan tetapi adalah suatu tjetusan sedjarah yang sangat erat hubunganja dengan kedjadian-kedjadian sebelumnja,--erat hubungnja dengan persiapan-persiapan jang sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan oleh pergerakan rakjat Indonesia dengan pengorbanan jang tidak sedikit.
Ketjuali untuk penjegaran kembali pengertian dan kesadaran tentang apa sesungguhnja djiwa dan tudjuan perdjoangan kemerdekaan dimasa jang lampau itu, maka buku “DIBAWAH BENDERA REVOLUSI” ini dipersembahkan kepada rakjat Indonesia, untuk setjara ilmiah mempergunakannja guna meratakan djalan bagi pembentukan masjarakat adil dan makmur.”
Djakarta, 13 Februari 1963


download